Jumat, 14 Oktober 2016

Secercah

Tentang cerita yang pernah ku alami

Tentang alur kehidupan yang sulit di prediksi

Stabilitas hati yang sukar dicari

Berkelana hingga relung sanubari

Sulit dimengerti namun terjadi

Satu hal yang tak mungkin dua kali

Ku simpan sebagai kenangan

Ku jadikan sebagai pelajaran

Memori sebuah perjalanan

Memberikanku sebuah pengalaman

Seakan bahagia tapi menyedihkan

Tak logis namun empiris

Agar aku bisa lebih memahami kehidupan

Menjalani dengan penuh liku

Menapakkan kaki dg penuh keyakinan

Berharap kebahagiaan didepan

Satu dalam fikiran

Yang selalu menjadi arah dan tujuan

Ku haus mendapatkan

Untuk tidak ku lepaskan.

JERIT MERAPI


















Dimalam hari

Suara riuh dari bagian negeri
Semua berlari
Semua menyelamatkan diri
Semua mengungsi
Tak terpikir oleh mereka akan seperti ini
Sulit dimengerti namun terjadi
Dari seluruh pelosok berhamburan
Berhujankan debu berselimutkan ketakutan
Jerit tangis meronta meminta bantuan
Hingga korban berserakan
Tak mampu melawan keadaan
Saksi mata harus merelakan
Ya Allah...
Jerit hambamu memohon
Ampuni dosa mereka  yang telah menghadapmu
Berikan kesabaran, ketabahan bagi mereka yang selamat
Biarlah kami menjadi saksi
Amarah merapi
Yg hingga kini belum berhenti

Kepentingan yang Abadi

Merupakan suatu kelumrahan yang memang telah tergariskan bagi setiap manusia untuk meraih mendapatkan dan memiliki segalanya serba “wah”. Baik dalam perekonomian, karir, kemewahan, nama besar dan yang lain yang semuanya memiliki orientasi pada eksistensi pada mata manusia yang melihat dengan pandangan yang begitu tinggi.

Tentu, tidak semua manusia demikian adanya, diantara manusia yang ada, sebagian pasti ada yang berbeda. Mungkin saja sebagaimana yang diuraikan diatas adalah bagian dari yang kebanyakan. Begitu kompleksnya sifat yang ada dalam diri manusia, maka potensi untuk menjadi segalanya juga sangat tidak menutup kemungkinan, itu lah sebabnya manusia harus melakukan kendali diri guna menyeimbangkan setiap langkah gerak dan sikap.

Dalam kehidupan sehari hari tentu tidak lepas dari interaksi secara sosial, baik itu individu dengan invidu, individu dengan golongan atau pun golongan dengan golongan. Interaksi sosial adalah sebuah keniscayaan yang ada dalam diri setiap manusia, karena setiap manusia membutuhkan pihak lain. Itulah sebabnya manusia di sebut makhluk sosial. 

Sebagaimana yang tertulis di bagian awal, bahwa dalam beriteraksi, setiap individu memiliki keinginan untuk selalu tampak “lebih” dari satu individu yang lain, dari berbagai sisi kehidupan harus selalu tampak lebih unggul, suatu keniscayaan ketika yang demikian terbersit dalam benak fikiran dan membuat manusia berhasrat. Namun yang menjadi pertimbangan adalah tentang bagaimana cara menampilkan dan cara mendapatkannya. Jika semua itu diraihnya dengan bersusah payah, usaha yang begitu tekun, keras yang tak mengenal lelah, maka semua akan sangat tampak dihadapan manusia, terlihat begitu istimewa bahkan sangat mulia. Kekaguman setiap yang melihat tidak ada henti-hentinya untuk memuji atas keberhasilannya ketika semua mampu disajikan dengan skill invidu yang mampu meraih segalanya secara arif dan bijaksana. Bahkan mungkin doa dari setiap teman, tetangga atau mungkin dari setiap mereka yang memandang.

Jika semua berjalan sebagaimana mestinya, maka semua akan baik baik saja, tidak akan menimbulkan permasalahn, baik antar invidu maupun sosial. Karena semua berjalan sesuai yang telah digariskan sebagai norma yang tertulis dan tidak tertulis tidak ada yang tertabarak dalam melanngkah untuk meraih apa yang di cita-citakan setiap invidu.

Persoalan akan timbul , ketika ada invidu yang bergerak melangkah mencoba untuk meraih dan memiliki segalanya, hidup mewah, harta melimpah, nama besar yang bergitu tersohor, namun semua itu dilakukan dengan tidak memiliki nilai pada sesamanya. Jika kita meraih keuntungan dari invidu lain, maka itu bukan perkara yang tidak boleh atau dilarang, namun yang menjadi persoalan adalah, ketika meraih keuntungan dengan merugikan pihak lain, apakah yang demikian masih dapat dikatakan keberhasilan dalam ia meraih kesuksesan. Kesuksesan yang bagaimanakah yang dapat dikatakan berhasil. Tidak ubahnya seperti binatang yang tangguh yang akan menjadi penguasa dalam suatu wilayah ketika tidak ada yang mampu mengalahkan, hukum rimba berlaku demikian, karena siapa yang kuat dialah yang menjadi penguasa, lalu apa bedanya manusia dengan binatang jika keuntungan di peroleh dengan mengabaikan selain dirinya, apakah pihak lain diuntungkan pula atau justru sebaliknnya, dirugikan.

Kembali pada sifat manusia yang begitu sangat kompleks, bahwa keseluruhan unsur terdapat dalam diri manusia, jika tidak mampu mengendalikan, maka salah satu diantaranya akan menjadi lebih dominan. Ketika hasrat kekuasaan lebih menguasai tanpa melakukan pertimbangan rasio dan hati, maka kebringasan yang akan terjadi, itulah sebabnya sebagian kecil yang memahami arti kepedulian, terhadap sesama, sulit mencari teman terlebih sahabat karib, sahabat sejati yang akan setia dalam setiap kondisi dan keadaan, sukar maupun duka, jika tidak memiliki keuntungan ketika bergaul bersamanya, atau setidaknya tidak ada sesuatu yang akan di peroleh, maka beralih atau mungkin meninggalkan untuk mencari yang lain,  karena bukan tidak mungkin bahwa, tidak ada pertemanan atau persahabatan yang sejati, namun, yang ada adalah kepentingan yang abadi. 
#Justmyopinion.