Bersama kedua
Orang Tuaku serta keluarga besarku mengantarkan langkahku untuk mengucapkan
kalimat sakral yang 1X (satu kali) seumur hidup.Tepat di tanggal ini, sebulan
yang lalu, 12 Maret 2017 di Desa Kertabasuki, Kecamatan Maja, Kabupaten
Majalengka, dirumahnya. Janji suciku terbingkai nuansa yang begitu sakral dalam
hiringan doa dari keluarga besar kami berdua, tetangga, teman serta seluruh
tamu undangan yang hadir saat itu. Akad nikah pagi itu begitu indah dan mengharukan
serta membuatku melangkah penuh dengan kepastian serta tanggung jawab baru yang
kumiliki.
Dia adalah
wanita yang terpilih oleh hati ini dengan segala yang ada padanya, apa yang
tampak dan tidak tampak yang ada dan tersimpan dalam dirinya. Demikianpun diri
ini, menerima dengan segala kekurangan yang ada yang tersembunyi atau juga yang
tampak. Bagiku dia adalah wanita yang sangat pantas untuk diperjuangkan untuk
selalu berada disampingku dalam mengarungi samudera kehidupan ini dengan bahtera
rumah tangga yang akan ku bangun bersama dia. Sementara diri ini bukanlah sosok
yang istimewa yang mampu memberikan segala kemewahan serta menghadirkan cerita
indah seperti dongeng. Namun sebaliknya hanya sosok anak rantau dari desa nan
jauh di seberang lautan, di pulau sumatera, terlahir di tempat yang terpencil,
jauh dari peradaban, gaptek akan teknologi serta tertinggal dalam kehidupan di
era yang sangat modern ini. Bukan harta yang melimpah yang kuberikan untukku
mempersuntingnya, bukan pula suatu prestise yang dapat dipertontonkan untuk
dibanggakan kepada setiap mata yang memandang dan mulut yang bertanya tentang
sosokku. Hanya ketiadaan dan kekurangan yang ada, disertai niat dan kesunggunhan
serta keikhlasan hati yang mendorong diri ini untuk mengucapkan ikrar, pada
akad nikah dihari yang telah ditentukan.
Jauh sebelum
tiba hari yang telah ditentukan. Sekian lamanya kami menjalin hubungan spesial
sebagai sepasang kekasih sebagaimana layaknya pemuda, dengan perjalanan yang
tidak selalu indah namun sangat manis kami rasakan, jarak yang tidak menentu
bahkan cenderung saling berjauhan membuat kami selalu diselimuti kecurigaan,
baik yang berdasar atau bahkan tanpa dasar, disitu kami berusaha untuk selalu
memegang kepercayaan sehingga tercipatalah satu sikap saling percaya. Teguhnya
tekad yang kumiliki mendorongku sehingga berani meminta (menikahi) dari orang
tuanya dengan mengutarakan janji suci yang akan aku lakukan atau pun sesuatu
yang akan kuberikan dimasa yang akan datang. Alhamdulillah, gayung bersambut,
niat baik yang ku utarakan mendapatkan ridho dari orang tuanya.
Kemudian
timbullah kesepakatan dan kesepahaman bahwa atas niat tersebut harus segera
diwujudkan dengan dasar yang legal, baik secara hukum islam maupun hukum
ketatanegaraan yang berlaku. Dengan segala kemampuan yang ada, menyiapkan segala
keperluan yang dibutuhkan, dengan segala kekurangannya, alhamdulillah semua
berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada halangan suatu apapun.
Kini kami telah
sah menjadi sepasang Suami Istri, rasa bahagia yang tak bisa tergambar namun
selalu kami rasakan hingga saat ini, dan kami terus berdoa semoga demikian
seterusnya sepanjang hidup kami berdua. Namun hingga detik ini pula, belum juga
aku mampu mempersembahkan sesuatu yang istimewa untuk dia, untuk perempuan yang
istimewa bagiku, bahkan sesuatu yang sederhana sekalipun.
Meski demikian, tak berarti langkah
ini terhenti, atau putus asa. Ikhtiar yang selalu ku lakukan untuk mewujudkan
segala yang terbaik untuk saat ini, esok dan selamanya disertai doa yang tak
kunjung henti memohon kepadaNya, semoga langkah ini penuh berkah serta dalam
lindunganNya sehingga aku mampu menyematkan kebahagiaan untuk sang istri dan
keluarga besar kami berdua.
# Untukmu wahai istriku,
percayalah, bahwa sayang ini bagai lautan yang tak bertepi yang selalu ku
persembahkan kepadamu.#
12 April 2017