Lebih dari satu bulan aku telah terbelit pemikiran yang cukup berkecamuk
dalam otakku, kebingungan yang tak kunjung usai menghantui ketetapanku untuk
memilih, kebimbangan dalam melangkah terus saja membayangiku dalam perjalanan
untuk selanjutnya yang akan ku tempuh.
Hampir
setiap hari semua itu selalu ada dalam fikiran, segala macam bentuk
kemungkinan, semua masuk dalam fikiran. Baik buruknya semua menjadi bahan
pertimbangan, termasuk masukan, kritik atau saran dari yang ada disekitar
menjadi bahan pertimbangan, yang pada akhirnya semakin menambah bimbangnya
sikap yang harus ku tentukan.
Bukan karena aku tidak menyukai atau aku membenci lingkungan yang ada
disini ( di kantor ), bukan pula karena aku mendapatkan tempat lain yang seakan
lebih (dalam hal pendapatan) dari tempat ini. Semua yang aku rasakan pada
lingkungan kantor, berinteraksi pada semua pegawai kantor, semua terasa nyaman,
aku mampu untuk beradaptasi, sehingga semua menjadikan nyaman dalam
menjalaninya. Semakin berjalannya waktu, hari terus terlewati, semakin banyak
yang ku kenal dan ku ketahui semakin pula menambah kenyamanan untuk terus
menjalani aktivitas.
Itulah sebabnya kenapa kebimbangan ini semakin sulit untuk aku mengambil
keputusan, karena memang semua yang telah ku jalani selama ini setidaknya aku
mampu beradaptasi dan sidikit banyak telah memahami. Bandingkan jika aku harus
pindah pada tempat lain (keluar dari kontor ini) pasti aku akan melangkah lagi
dari awal, perkenalan, mencari tau, memahami segala sesuatu yang ada di tempat
baru, dan itu pasti akan memakan waktu yang cukup banyak. Waktu yang seharusnya
untuk mengenal lingkungan baru tersebut, mungkin bisa aku pakai untuk semakin
memahami pada tempat kerja lamaku yang semua itu berorientasi pada masa depan. Semakin
sulit untuk memutuskan langkah yang harus ku tempuh selanjutnya, sementara
waktu terus berjalan, dan keberadaanku (waktu) disini akan semakin berkurang
pula, sejalan dengan keadaan demikin, maka sebaiknya aku harus sesegera mungkin
untuk menentukan sikap mengambil keputusan sebagai pijakan langkah selanjutnya.
Karena memang puncak dari semua kebimbangan belum juga memperoleh kesimpulan
untuk membuatku menentukan segalanya dalam melangkah, maka kini aku hanya bisa
tergenang dalam ketidakpastian, pasrahku atas ketidak berdayaan pada keadaan
yang nyata yang ada dihadapan, selalu berharap kemungkinan-kemungkinan yang
terbaik yang akan terjadi yang akan ku terima dikemudiannya. Namun segala
sesuatunya masih selalu bersifat kemungkinan yang masih belum ku ketahui sampai
detik ini tentang itu, mungkin aku akan mencoba untuk menetap, atau mungkin aku
harus bergerak mencari tempat lain, atau mungkin aku harus mencari ditempat
lain dengan mengambil langkah balik kanan kembali ke Jogja atau mungkin justru
kembali ke tanah kelahiran Jambi, kota seberang di pulau Sumatera. Semua tiada
yang bisa memastikan kecuali DIA yang Maha Menentukan.
Jakarta, 29 November 2016
Kalibata, Jakarta Selatan.