Sedang ku renungkan atas apa yang ku alami sekarang ini,
dimana tentangku yang harus ku perbaiki, mengapa semua terasa tidak lagi
menyenangkan, benarkah demikian adanya atau hanya sekedar hawa nafsu ambisi
keduniaanku saja, atau kah mungkin aku sedang jadi korban keadaan yang begitu
keras seakan membuat aku harus lumpuh tak berdaya hingga harus menjadi budak
terlebih di perbudak. Tentang tanya yang hanya terngiang dan terus menghiasai
fikiran tanpa mampu mndapat juga menemukan jawaban. Bukan karena aku sedang
mengeluh atau meminta belas kasih dari siapa yang mengetahui atau mendengar
desahan tentang permasalahan yang ada, hanya sedikit rintihan yang mungkin
diriku sedang beradaptasi dengan keadaan.
Mencoba mengikuti alur perjalanan waktu yang ku rasakan
dengan penuh liku dan terjal setiap langkahnya. Ingin rasanya berontak dan
meronta namun tak kuasa. Air mata ini sudah tak kuasa lagi untuk melintas di
pipi, entah karena telah mengering atau mungkin tak lagi tersisa. Semua hanya
ada diangan, semua hanya bisa terbayangkan, tak mampu rasanya tubuh, raga ini
untuk merasakannya. Sungguhpun demikian, bahwa hidup terus berjalan, waktu
terus berlalu, maka tidak ada alasan untuk menghentikan langkah.
Merenungi keadaan, tentu ada baiknya, sebagai bahan mawas
diri, introspeksi, juga untuk memulai kembali langkah selanjutnya. Apa dan
bagaimana menentukan langkah, mengambil keputusan dan juga tindakan. Namun
tidak terlarut pada segala kebimbangan yang sangat memprihatinkan.
Hingga tak sadar, bahwa malam telah larut, hingga
kurasakan lelah dengan tiada tara, mata yang tak lagi mampu terbuka, seakan
menuntut untuk di pejamkan walau sesaat, tangan dan kaki yang terasa sangat
lemas, seakan tak memiliki daya untuk bergerak, fikiranpun demikian,
bagai rota yang tak lagi berputar, semua ingin terhenti, dengan segala
keruwetan yang ada yang telah dihadapi. Mungkin sudah seharusnya menghentikan
sejenak segalanya, biarkan semua kembali normal, untuk kembali berproses menghadapi
hari esok yang masih menjadi misteri, apa yang akan terjadi dan dihadapi nanti.
Mentari masih seperti biasa, bersinar dari ufuk timur
dengan cerah dan terasa panas menyentuh kulit. Beranjak siang semakin naik pula
posisinya, dan semakin terasa menyengat pula di tubuh. Mungkin ia ingin
menunjukkan kekonsistenannya dalam menjalani setiap roda waktu, tanpa ada
keluhan. Meski terkadang mendung melintas di siang hari, bukan berarti sang
mentari tak hadir kala itu, ia tetap ada, hanya saja mungkin ia tak menunjukkan
dirinya, ia tak muncul secara langsung di permukaan, tapi bisa kita ketahui,
bahwa keberadaannya adalah karena disiang hari, meski diselimuti mendung dan
bahkan hujan pun ikut mengiringi, tapi setidaknya, tidak tampak gelap seperti
malam hari, itu lah bukti bahwa matahari tetap ada.
Demikian juga denganku, masih dengan waktu yang sama
meski hari telah berganti. Keadaan secara umum semua tampak sama. Tidak ada
yang harus merubah atau di rubah. Bila ada sesuatu yang berbeda didalam diri,
maka itu hanyalah sebagian kecil warna yang ada pada pribadiku yang
menghiasi hariku saat ini, bukan menjadi penghalang untuk aku melanjutkan
aktifitas. Terus melangkah, terus berbuat tanpa harus mempertimbangkan apa yang
sedang dirasakan, pada saatnya nanti, akan berubah yang mudah-mudahan menjadi
lebih baik.
Secangkir kopi pagi mejelang siang, sebagaimana biasa,
selalu tersaji siap untuk dinikmati dengan segala rasa, tentu ditemani sahabat
yang selalu setia untuk terus bersama, sebungkus rokok berada disampingnya. Perlahan,
satu tegukan hingga berkali kali aku meminum kopi, dan juga sebtang du batang
rokok ku hisap, semakin aku menikmati waktu, keadaan yang ada yang sedang ku
rasakan. Semangat kembali muncul, fikiran mulai membuka dan terasa freshh untuk
ku ajak bekerja. Normalisasi kembali terjadi.
Sedikit permasalahan mulai ku cerna perlahan lahan dalam
fikiran. Apa dan bagaimana, nanti, esok, lusa bahkan yang akan datang, baik
buruk jangka menengah dan jangka panjang, sikap dan tindakan yang seperti apa
yang seharusnya aku tentukan. Semua terpetakan secara pelan, sistematis dan
mulai menuju sasaran dengan baik. Hati yang begitu gelisah kini mulai memudar,
semua bagai benang yang kusut kini mulai terurai secara teratur dan tertata
rapi dalam benak fikiran.
Mungkin semuanya karena memang aku terlalu jauh dariNya,
semua ku lakukan tanpa mengingat bahwa segala sesuatu, tentu tak lepas dari
kehendakNya. Mulailah hati ini merasa tenang, stabil, emosi terkendali dan
semua kembali normal. Semua energi mulai terkumpul, ikhlas pada kenyataan, siap
berjuang kembali untuk segala kemungkinan kemungkinan yang akan kuhadapi dan ku
dapatkan di kemudian hari yang pada akhirnya berbuah kesuksesan. Jangan sampai
kalah terlebih mundur hanya karena permasalahan yang mungkin itu menjadi krikil
kecil yang harus di lewati dalam meraih cita cita. Terus bergerak melangkah
menuju hari esok yang lebih baik dan masa depan yang lebih jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar